7 Cara Orang Denmark, Sebagai Negara Paling Bahagia di Dunia, Mendidik Anak-anaknya

 Denmark Sebagai Negara Paling Bahagia

Laman The Conversation menyebut bahwa berdasarkan World Happiness Report tahun 2018, Denmark dinobatkan sebagai negara paling bahagia kedua di dunia, hanya kalah dari Selandia Baru. Itu merupakan kali ketujuh berturut-turut Denmark masuk 3 besar negara paling bahagia di dunia menurut laporan tersebut.

(https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/peter-eduard/fakta-unik-denmark-c1c2)

Saat melihat buku "The Danish Way of Parenting" karya Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl, aku langsung penasaran. Pasti ada hal menarik dari keluarga Denmark. Kita tentu sepakat, keluarga adalah kelompok terkecil dari sebuah negara yang dapat menyumbang generasi -generasi gemilang bagi sebuah negara. 

Menariknya lagi, Jessica sebagai orang Amerika yang bersuamikan orang Denmark dan tinggal di Denmark, betul-betul merasakan perbedaan, baik budaya, pola pikir, tata cara dan lain 
sebagainya. 

Penjelasan PARENT Sebagai Point Metode yang Sudah dicoba Oleh Orang Denmark


Mengenali Apa yang Menjadi Pembawaan Kita

Sebelum memasuki point PARENT, dibuku ini kita diajak untuk mengenali, menyadari dan melihat kembali setelan bawaan kita kemudian mempelajari dan memahaminya. Dengan begitu, dalam membuat keputusan saat sadar tentang tindakan dan reaksi kita adalah suatu langkah pertama menuju perubahan hidup yang efektif. Sehingga ini adalah cara kita menjadi orang tua yang lebih baik dan orang yang lebih baik. 

P untuk Play (bermain) 

Orang Denmark percaya bahwa anak-anak bisa melakukan dan mencoba hal baru saat bermain dan juga mendapatkan kepercayaan diri dengan bermain. Mereka percaya bahwa bermain dapat menciptakan orang dewasa yang lebih bahagia, mudah beradaptasi dan tangguh. 

A untuk Authenticity (otentik) 

Kejujuran dapat menciptakan citra diri yang lebih kuat. Dengab mengenali dan menerima semua emosi sejak dini, bahkan yang sulit sekalipun, membuat anak menjadi lebih dapat mengatur strategi pada masalahnya. 

Teknik memuji yang dapat membentuk pola pikir yang bertumbuh dan berkembang juga menjadikan anak tangguh karena diasuh dengan cara netral. 

R untuk Reframing (memaknai ulang) 

Memaknai ulang dari suatu kejadian yang netral sangat mempengaruhi pola pikir kita. Mereka belajar menghilangkan kata-kata negatif lalu menerjemahkannya ke dalam sikap yang positif. 

Contoh, ada percakapan 2 orang tentang salju. Si A berpendapat bahwa ia kedinginan sekarang karena turun salju yang lebat. Si B memaknai ulang dengan mengatakan bahwa saljunya bisa saja lebat tapi yang pasti, kita kurang tepat memilih baju untuk hari ini. 

Terdengar optimis dan realistis, bukan? 

E untuk Empati

Mengajarkan anak-anak empati penting dalam menciptakan orang dewasa yang lebih bahagia. 
Empati dapat meminimalisir perundungan, mudah memaafkan yang dapat memperbaiki hubungan sosial. Orang sukses tidak bekerja sendirian, setiap dari kita butuh dukungan dari orang lain. 

N untuk No ultimatums 

Mereka menggunakan pendekatan pola asuh yang demokratis, mendorong kepercayaan ketangguhan dan menghindari penggunaan kekuatan. 

Bila disederhanakan, mereka sangat menghindari pengasuhan dengan ancaman apalagi kekerasan. Pengasuhan dengan ancaman itu seperti, "kalo ga tidur nanti ada hantu lo." lalu, saat anak tidak tertidur tak ada hantu yang menghampirinya, hehehe. Ancaman kosong orang tua pada anak, meruntuhkan kepercayaan. 

T untuk Togetherness dan Hygge (kebersamaan dan kenyamanan) 

Hubungan sosial menjadi salah satu faktor kebahagiaan secara keseluruhan. Kerjasama di Denmark sangat kental, sejak dini anak-anak bekerja dalam proyek kelompok untuk mendorong mereka belajar, saling membantu dan terlibat dalam kerjasama. 

Anak-anak diajak mencari kekuatan dan kelemahan orang lain, juga melihat bagaimana mereka bisa membantu yang lain. 

Ada satu kalimat yang menarik dibuku ini, yaitu: "Ketika anda mengganti 'WE' (kami)  dengan 'I' (saya), bahkan 'Illnes' (penyakit)  akan menjadi 'Wellness' (kesehatan)".




Dengan penjelasan diatas, maka aku sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Banyak insight baru yang kita dapatkan. Budaya dan pola pikir yang mungkin berbeda dengan kita orang Indonesia, tetapi sangat bisa dilakukan oleh kita. 

Aku belinya di Gramedia waktu itu, semoga masih ada stok. Lalu, ada buku keduanya Iben Dissing Sandahl MPF, "Play The Danish Way", membahas lebih mendalam tentang cara bermain anak-anak Denmark. 

Pastinya seru, apalagi asal permainan legend, yang tak lekang oleh waktu, yaitu "lego" berasal dari Denmark. Makin penasaran aku.

Saat ini, lagi aku baca dan semoga akan aku rangkum dan review juga. 

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan aku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PCOS Fighter Bisa Hamil Alami Tanpa Menjalani Program Hamil

Malas Mikir Username untuk Sosmed, malah Jadi Branding

Datang Bawa Makanan, Pulang Bawa Makanan Juga